Friday, May 18, 2007

Pembabakan

Assalamualaikum wr wb.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Saat ini kami hadir dihadapan saudara2 dalam rangka melaksanakan tugas yang diberikan oleh dosen. Adapun presentasi yang akan kami lakukan saat ini berjudul,
"Akuntansi Tanpa WIP Tingkatkan Efisiensi Perusahaan."

Sebagaimana kita telah pelajari, setiap perusahaan harus mampu menghasilkan hasil produksi yang siap jual. Agar mampu menjual hasil produksinya perusahaan harus mampu melakukan pengadaan bahan mentah yang menjadi andalan spesifik usahanya dan bahan2 penunjang produksi agar mampu menghasilkan barang produksi andalannya. Sistim akuntansi menghitung seluruh proses perusahaan sejak dari manajemen, sumber daya manusia, alat2 produksi,
sumber informasi produksi, perencanaan produksi, proses produksi, barang setengah jadi sampai menjadi barang jadi, pengepakan, penggudangan, pendistribusian, pemasaran, penjualan, penagihan dan penyimpanan uang.
Proses ini disebut sebagai proses produksi.



Untuk memudahkan penghitungan, sistim akunting diarahkan kepada unit proses produksi.
Maksudnya pengenaan sistim akunting untuk satu siklus produksi sejak dari pengadaan bahan mentah sampai menjadi barang jadi. Dengan begitu bisa dipantau secara efisien setiap kali 
terjadi proses produksi. Sambil dipelajari dari waktu ke waktu kemungkinan2 terjadi deviasi.



Sesuai dengan judul, "Akunting Tanpa WIP Tingkatkan Efisiensi Perusahaan."
Maka pemaparan akan lebih dititik beratkan kepada apa itu WIP dan bagaimana 
kontribusinya terhadap akunting apabila WIP ditiadakan. Dengan target yang 
ingin dicapai adalah peniadaan  WIP akan menekan ongkos produksi dengan 
harapan mampu meningkatkan efisiensi perusahaan.
Apa kontribusinya. Keuntungan dan kerugiannya apa?

Marilah kita memahami apa itu WIP atau Work In Proccess?
WIP adalah pengenaan bahan2 mentah yang tengah diproses dan belum menjadi
barang jadi yang siap untuk dijual. Untuk melakukan proses produksi tanpa
WIP harus dilakukan dalam penentuan  strategi produksi sebelumnya.

Pemilihan strategi produksi suatu perusahaan manufaktur, akan mempengaruhi
sistem perencanaan dan pengendalian produksi perusahaan manufaktur itu
sendiri. Bila kegiatan produksi ditata berdasarkan proses, maka sistem
produksi perusahaan biasanya menganut sistem job shop. Salah satu
karakteristik sistem produksi job shop adalah memiliki work in process (WIP)
yang tinggi.

Oleh karena WIP akan mempengaruhi performansi sistem produksi yang berupa
throughput (inbetween, yakni masa diantara input dan output), maka penentuan
tingkat WIP menjadi penting. Pemantauan pemantauan tentang pencapaian
throughput pada sistem produksi selalu dilakukan, agar diperoleh tingkat WIP
yang sesuai dengan yang diharapkan.

Setiap stasiun kerja yang terlibat dianggap sebagai stasiun kerja tunggal dan
independen. Dengan mempertimbangkan laju kedatangan job dan waktu pelayanan
tiap stasiun kerja, diperoleh utilitas stasiun kerja yang digunakan untuk
menentukan laju throughput yang diharapkan.  Hasil akhir yang diperoleh
merupakan hasil yang digunakan untuk mengukur performansi sistem produksi.

Laju throughput dan WIP dipengaruhi oleh laju kedatangan job pada sistem
jaringan antrian, yang juga berpengaruh terhadap utilitas stasun kerja. Melalui pengaturan kedatangan job pada sistem jaringan (sistem produksi) dapat diperoleh throughput dan
WIP yang lebih baik.
(WIP yang lebih baik itu yang gimana? Tentu yang kecil resikonya.
Aa masih mancari jawabnya nih teteh. Mana otak jadi kaluiy, abis diomelin
meluluy siy.
)

Dengan demikian kiranya WIP dalam proses produksi bisa ditiadakan dengan tujuan
untuk meningkatkan efisiensi perusahaan. Atinya peniadaan WIP akan berakibat
peningkatan keuntungan bagi perusahaan. Tapi bisa juga berakibat kerugian.

Faktor2 yang meningkatkan keuntungan perusahaan dalam hal ini, diantaranya.
a. Memperpendek masa satu unit produksi berakibat penghematan bahan dan daya.
b. Mengurangi pemakaian SDM tetap (inventory, penggudangan, distribusi).
c. Menekan biaya rutin satu unit produksi.
d. Meningkatkan kinerjaSDM karena tidak boleh terjadi keterlambatan apapun.

Faktor2 yang menyebabkan kerugian perusahaan dalam hal ini, diantaranya.
a. Penataan ulang kebijakan manajerial umum yng bisa menimbulkan cost yang besar.
b. Mengganggu pola fikir dan etos kerja terhadap banyak perubahan didalam rutinitas.
c. Bisa terjadi degradasi kualitas berbanding terbalik dengan peningkatan kuantitas
produksi. Karena pengerjaan berada pada satu garis waktu.
d. Kesalahan perencanaan produksi bisa menimbulkan gelombang keresahan internal.

No comments: